SULING NAGA : JILID-02


"Tiga orang kakek buruk, sesudah kalian membunuh bangsat itu, apakah juga akan membunuh aku? Tapi jangan siksa aku seperti dia."

Tiga orang kakek itu saling pandang. Lalu Iblis Akhirat yang gendut terkekeh, Raja iblis Hitam yang seperti raksasa itu tersenyum lebar dan Mayat Hidup menyeringai aneh.

"Ha-ha-ha-ha, anak baik. Kami suka padamu dan tidak akan membunuhmu, akan tetapi kami ingin mengambilmu sebagai murid. Bagaimana, maukah kau menjadi murid kami? Mau tidak mau harus mau!" Dalam suara kakek gendut itu terdengar nada mengancam!

Akan tetapi Bi Lan tetap tenang. Anak ini tadi sudah memutar otaknya dan mengambil keputusan bahwa ia harus dapat menggunakan kepandaian tiga orang kakek ini untuk menolong ibunya dan membalas dendam!

"Tentu saja aku mau, akan tetapi kalian juga harus memenuhi permintaanku lebih dulu!"

Tiga orang kakek itu kembali saling pandang dan tersenyum girang. Mereka amat suka pada anak pemberani dan anak perempuan ini cukup berani, bahkan berani menyebut mereka ‘tiga kakek buruk’, sebutan yang menggembirakan hati mereka!

"Permintaan apa?" tanya Iblis Mayat Hidup yang biasanya jarang sekali bicara.

"Pertama, kalian harus menolong ibuku. Ke dua, kalian harus membunuh gerombolan penjahat yang tadi membunuh ayah dan menculik ibu."

"Ha-ha-ha, permintaan yang mudah saja. Coba, ceritakan siapa namamu dan apa yang terjadi dengan ayah ibumu," kata Iblis Akhirat.

Meski Iblis Akhirat tertawa-tawa, akan tetapi hatinya menjadi tak senang karena iri hati mendengar anak itu menyebut-nyebut ayah ibunya. Apa pun yang terjadi, jika ayah dan ibu anak itu masih ada, harus mereka bunuh dulu sebelum mengambil anak ini menjadi murid, pikirnya. Pikiran yang luar biasa kotor dan jahatnya!

"Namaku Can Bi Lan. Aku bersama ayah dan ibu sedang melakukan perjalanan untuk mengungsi dari sebelah barat Sungai Nu Kiang. Pada waktu kami menyeberang Sungai Lan-cang, di tepi sungai sebelah timur kami dikepung oleh belasan orang perampok itu dan Ayah yang melakukan perlawanan mereka bunuh, Ibu diculik dan aku dilarikan oleh si keparat itu. Nah, kalau kalian mau menolong Ibu dan membunuh belasan orang itu, aku pun mau menjadi murid kalian."

"Baik, baik, mari kita pergi!" kata iblis Akhirat. "Hek-kwi, kau yang tinggi besar dan kuat gendonglah Bi Lan murid kita ini."

Hek-kwi-ong Si Raja Iblis Hitam itu mendengus, lalu tangannya yang besar itu dijulurkan ke arah Bi Lan. Gadis ini merasa ngeri melihat lengan yang panjang itu dapat mulur ke arahnya, akan tetapi ia menahan rasa takutnya dan diam saja ketika tiba-tiba tangan itu menangkap tangannya dan sekali disentakkan tubuhnya melayang ke atas dan tiba di punggung kakek raksasa hitam itu!

Mereka bertiga lalu melangkah pergi dengan sangat cepatnya, meninggalkan si tinggi kurus yang kini tidak tinggi lagi, hanya merupakan kepala dan badan yang bergelimang di rumput yang berlepotan darah. Dia mengeluarkan suara dari tenggorokannya, entah tawa atau pun tangis. Peristiwa yang amat hebat menimpa dirinya, membuat si tinggi kurus ini menjadi gila saking takutnya.....

********************

"Brakkkkkk...!"

Pintu pondok kecil di tengah hutan yang tertutup rapat itu jebol, mengejutkan seorang laki-laki tinggi besar yang mukanya bercambang bauk, juga bertotol-totol hitam buruk yang sedang rebah dengan dada telanjang, hanya mengenakan celana dalam yang tipis. Siang itu hawanya panas dan laki-laki ini pun berkeringat. Bau arak yang keras tercium ketika pintu itu jebol, dan melihat wajah laki-laki buruk rupa itu yang kemerahan, juga matanya liar, bau arak yang keluar dari mulutnya, jelas menunjukkan bahwa dia terlalu banyak minum arak.

"Ibu...!" Bi Lan menjerit ketika melihat ibunya tergantung di dalam kamar itu.

Wanita yang malang ini tergantung dalam keadaan telanjang bulat, dengan kepala di bawah dan kaki terikat pada tali yang digantungkan di tiang melintang di atas. Melihat tubuh telanjang itu sama sekali tidak bergerak, dan melihat mata yang terbuka akan tetapi tanpa sinar itu, mudah saja bagi tiga orang kakek Sam Kwi untuk menduga bahwa wanita itu sudah tewas, seperti juga mayat laki-laki yang menjadi ayah Bi Lan yang menggeletak di luar dengan tubuh hancur oleh senjata tajam.

Tiga orang Sam Kwi bernapas lega. Ayah ibu anak ini sudah mati. Bagus! Mereka tadi mempergunakan ilmu kepandaian mereka untuk mengejar gerombolan itu dan melihat mereka semua berada di dalam hutan itu. Anak buah pasukan Birma yang berubah menjadi gerombolan penjahat itu nampak tidur-tiduran di bawah pohon. Guci-guci arak berserakan dan agaknya mereka baru saja makan minum dan kini tertidur setelah puas kekenyangan.

Apa lagi dalam keadaan mabok dan tidur, andai kata mereka dalam keadaan sadar dan tidak tidur sekali pun, sangat mudah bagi tiga orang kakek itu untuk mendatangi pondok itu tanpa dapat mereka ketahui. Melihat bahwa ayah anak itu sudah tewas di tempat perampokan, mereka bertiga lalu melakukan pengejaran dan jelas nampak jejak kaki mereka sampai di tengah hutan itu.

Karena ibu anak itu tidak ada, mereka dapat menduga bahwa tentu wanita itu dibawa ke dalam pondok kecil itu. Maka mereka langsung saja mendobrak daun pintu itu sampai jebol. Dan benar saja, wanita itu berada di dalam kamar, akan tetapi agaknya sudah tidak bernyawa lagi setelah mungkin diperkosa beramai-ramai lalu digantung karena mungkin wanita itu melawan.

Si tinggi besar brewokan yang menjadi kepala pasukan itu, seorang Birma yang biasa hidup dalam kekerasan, terkejut bukan main. Baru saja ia memuaskan diri memperkosa dan menyiksa wanita itu sampai mati, kemudian dia makan dan minum-minum sampai mabok dan merebahkan diri untuk tidur. Kini, kaget karena melihat jebolnya daun pintu dan melihat tiga orang kakek yang aneh, seorang di antaranya menggendong anak perempuan yang tadi dilarikan oleh pembantunya, dia mencium bahaya.

Cepat dia bergerak kepada anak buahnya dan menyambar golok besarnya, menerjang ke depan, membabat ke arah Iblis Mayat Hidup yang paling menyeramkan dan berdiri paling dekat. Akan tetapi, rangka terbungkus kulit itu dapat bergerak cepat bukan main. Golok itu menyambar seperti mengenai sasarannya membabat pinggang, akan tetapi tiba-tiba saja tubuh kurus kering itu lenyap dan ternyata sudah mengelak ke samping dan pada saat itu si tengkorak hidup menggerakkan tangannya yang kurus.

"Tukkk!"

Hanya perlahan saja jari tangan Iblis Mayat Hidup menyentuh lengan yang memegang golok. Akan tetapi seketika golok itu terlepas dan lengan itu pun lumpuh dan berubah menghitam karena di sebelah dalamnya, beberapa otot besar putus dan darah mengalir liar membuat lengan itu nampak hitam! Bukan kepalang rasa nyeri pada lengan kanan itu, membuat si brewok berteriak-teriak. Namun kembali tangan kurus itu menyambar, sekali ini leher si brewok yang disentuh dan seketika si brewok roboh. Suara mengorok keluar dari lehernya, mukanya berubah hitam dan dia berkelojatan dalam sekarat.

Dia tewas tak bergerak lagi ketika anak buahnya yang belasan orang banyaknya itu sudah datang menyerbu dengan golok di tangan. Melihat betapa pemimpin mereka itu sudah roboh dengan muka berwarna hitam, tak bergerak lagi, belasan orang kasar itu menjadi marah sekali. Langsung mereka menerjang tiga orang kakek itu dengan golok mereka. Tiga orang kakek itu melangkah keluar dari pondok. Perkelahian yang aneh, lucu dan tidak seimbang pun terjadilah.

Sepasang lengan Raja Iblis Hitam itu mulur dan tanpa mempedulikan golok-golok itu, dua tangannya menangkapi lawan, membanting, melontarkan tinggi-tinggi ke atas dan mambiarkan tubuh lawan itu terbanting keras, menangkapi dua kepala dan mengadu kedua kepala itu.

Si gendut Iblis Akhirat sambil menyeringai aneh dan menyeramkan juga membiarkan golok-golok itu mengenai kepala botaknya atau lengannya, dan hanya kedua kakinya saja yang pendek-pendek dan besar-besar itu bergerak cepat ke kanan kiri dan setiap orang yang terkena tendangannya tentu terlempar, terbanting roboh dan tidak dapat bangkit kembali.

Iblis Mayat Hidup lebih mengerikan lagi. Dengan tulang-tulangnya mengeluarkan bunyi berkerotokan, dia membagi-bagi pukulan dan setiap kali tangannya menyentuh tubuh lawan, karena sentuhan perlahan itu tidak pantas dinamakan pukulan, lawan lalu roboh dengan bagian badan yang disentuh berubah kehitaman!

Dalam waktu singkat saja, belasan orang itu roboh semua dan tidak seorang pun dapat bangkit atau bergerak lagi karena mereka telah tewas. Kepala-kepala pecah berantakan sampai otak dan darah berceceran, tulang-tulang berkerotokan pada saat patah-patah, bahkan ada kulit yang robek-robek dan mayat yang ternoda hitam-hitam mengerikan.

"Ha-ha-ha-ha! Bi Lan, murid yang baik, apakah kini engkau telah puas? Lihat, semua musuhmu telah kami bunuh," kata Iblis Akhirat kepada Bi Lan.

Gadis cilik itu melorot turun dari gendongan Raja iblis Hitam. Dia pun memasuki pondok, sejenak berdiri memandang mayat ibunya yang tergantung dengan tubuh terbalik. Pada bagian tubuh tertentu dari ibunya nampak lula-luka guratan senjata tajam. Betapa ingin dia menjerit, akan tetapi batinnya mengalami guncangan hebat sehingga dia tidak lagi dapat menangis.

"Ibumu sudah mati," tiba-tiba terdengar suara orang dan ketika gadis cilik itu menengok, yang bicara adalah Iblis Mayat Hidup.

Dua kakek lainnya juga sudah berdiri di belakangnya. Gadis cilik ini tidak tahu betapa tiga orang kakek itu memandang ke arah mayat ibunya dengan hati girang, bukan hanya karena gadis cilik itu sekarang sudah terlepas dari semua ikatan keluarga, juga karena mereka bertiga itu kagum akan cara gerombolan itu menyiksa wanita ibu Bi Lan!

"Ha-ha-ha! Bi Lan, kami sudah memenuhi semua permintaanmu, sekarang berlututlah dan angkat kami sebagai gurumu dan menyebut suhu," kata Iblis Akhirat.

"Nanti dulu," gadis cilik itu berkata. "Sebelum itu kuminta supaya kalian suka mengubur jenazah ibuku, juga jenazah ayahku, dikubur bersama dalam satu lubang di tempat ini."

Tiga orang kakek itu saling pandang. "Wah, apa-apaan ini?" Raja Iblis Hitam mengeluh.

"Ada-ada saja!" Iblis Mayat Hidup menyambung. Jelas bahwa keduanya merasa tidak senang dengan pekerjaan itu.

"Apa gunanya?" Si gendut Iblis Akhirat berseru. "Biarkan saja begitu, akhirnya juga akan habis sendiri."

"Tidak!" Bi Lan berseru. "Kalau kalian tidak mau, biar aku sendiri yang akan melakukan penguburan itu. Mereka harus dikubur supaya jenazah mereka tidak dimakan binatang buas!"

"Hemm, apa kau kira di dalam tanah tidak ada binatang buasnya? Kulit dagingnya akan digerogoti tikus dan cacing-cacing sampai habis!"

Mendengar ucapan si gendut itu, Bi Lan bergidik. "Biarlah, mereka hancur dikubur dan kalau kalian tidak mau, akan kulakukan sendiri dan aku tidak akan sudi menjadi murid kalian."

Tiga orang kakek itu saling pandang dan menggaruk-garuk kepala. Akan tetapi tiba-tiba nampak bayangan berkelebat disertai suara berkerotokan dan Iblis Mayat Hidup sudah lenyap dari tempat itu. Tidak lama kemudian dia datang kembali membawa mayat Can Kiong, ayah Bi Lan yang sudah penuh luka itu. Dan tanpa banyak cakap lagi, tiga orang kakek itu lalu menggali sebuah lubang besar. Cepat sekali pekerjaan ini dilakukan oleh tiga orang sakti itu, mempergunakan golok-golok para korban amukan mereka tadi.

Setelah mengubur dua orang suami isteri itu dan menutupi lubang dengan tanah, atas permintaan Bi Lan mereka lalu menaruh sebuah batu bundar sebesar gajah di tempat kuburan. Mereka lalu berdiri berjajar dan menuntut agar Bi Lan suka menjadi murid mereka dan memberi hormat seperti layaknya seorang yang mengangkat guru.

Sekarang Bi Lan tidak ragu-ragu lagi. Kalau bukan tiga orang kakek aneh ini, siapa lagi manusia di dunia ini yang mempedulikannya? Ia lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kaki tiga orang itu, memberi hormat dengan sungguh-sungguh.

"Suhu... suhu... suhu...!" katanya setiap kali ia menyembah di depan kaki salah seorang kakek. Tiga orang itu girang bukan main.

"Muridku yang baik!" kata Raja Iblis Hitam.

Tiba-tiba Bi Lan merasa tubuhnya melayang jauh tinggi di udara. Anak itu tentu saja terkejut bukan main, sama sekali tidak menyangka bahwa raksasa hitam yang menjadi seorang di antara gurunya itu akan melakukan hal seperti itu, melemparkan tubuhnya tinggi ke udara! Dia teringat betapa tadi suhu-nya yang ini melempar-lemparkan tubuh lawan ke atas dan tubuh itu terbanting jatuh dengan kepala pecah berantakan.

Tentu saja ingatan ini mendatangkan rasa takut yang hebat dalam batinnya yang sehari itu sudah mengalami guncangan-guncangan luar biasa. Akan tetapi justeru guncangan-guncangan hebat itu membuat Bi Lan kehilangan rasa takut, atau andai kata ada rasa takut, ia berani menghadapinya dan justru mendatangkan suatu kenekatan besar. Maka, betapa pun ngerinya, ia mengatupkan bibirnya yang kecil dan tidak mau mengeluarkan suara yang membayangkan ketakutan!

Ketika tubuhnya melayang turun berputaran, tangan Iblis Akhirat sudah menyambutnya dan kembali ia dilemparkan ke atas oleh kakek itu yang terkekeh senang. Ketika merasa betapa tubuhnya tidak terbanting melainkan disambut hendak di lemparkan lagi ke atas, mengertilah Bi Lan bahwa tiga orang gurunya itu bermain-main atau mungkin hendak menguji ketabahannya.

Hal ini membesarkan hatinya. Ia akan memperlihatkan kepada tiga orang kakek aneh itu bahwa ia tidak takut! Maka, ketika untuk kedua kalinya tubuhnya terlempar ke atas, ia mengeluarkan suara ketawa cekikikan sebagai tanda bahwa dia pun senang dilempar-lemparkan seperti itu.

Akan tetapi terdengar suara Iblis Mayat Hidup mencela. "Apa ketawa-ketawa! Dalam setiap keadaan, engkau harus belajar karena setiap peristiwa mengandung bahan yang baik untuk dipelajari!”

Dan ketika tubuhnya meluncur turun, ia disambut pula oleh kakek kurus kering itu dan dilontarkan pula ke atas. Bi Lan menghentikan ketawanya, takut kalau ketiga orang gurunya marah. Gila, pikirnya, dilempar-lempar ke udara seperti itu dapat mempelajari apakah?

Lalu teringatlah dia betapa kalau meluncur lagi ke bawah, tubuhnya berputaran tidak karuan. Kenapa ia tidak mau belajar agar luncurannya itu nyaman dengan kaki di bawah dan kepala di atas? Bukankah jika dia terpaksa terbanting ke atas tanah, akibatnya tak begitu parah kalau kakinya lebih dulu dari pada kepalanya? Mulailah dia menggerak-gerakkan kaki tangannya, mengatur keseimbangan supaya tubuhnya tidak jungkir balik atau berputaran.

Agaknya tiga orang gurunya girang melihat ini. Begitu ia meluncur turun, ia disambut lagi bergantian untuk dilontarkan pula ke atas. Akhirnya setelah puluhan kali dilontarkan ke atas, Bi Lan berhasil mengatur luncuran tubuhnya sehingga kakinya selalu meluncur di bawah, kedua tangan dikembangkan sedangkan kedua kaki dipentang seperti orang menunggang kuda. Melihat ini, tiga orang gurunya bergantian memberi petunjuk, bagai mana harus mengatur tangan atau kaki, kemudian bagaimana harus mengatur napas dan gerakan-gerakan lain.

Bi Lan yang tahu bahwa tiga orang gurunya ini adalah orang-orang aneh dan begitu ia mengangkat mereka sebagai guru, mereka itu langsung menguji dan memberi pelajaran yang begitu aneh! Maka ia pun memperhatikan dengan tekun dan tanpa mengenal lelah ia terus berusaha, walau pun tubuhnya yang memang sudah amat lelah, apa lagi baru saja mengalami hal-hal yang amat hebat itu, terasa sakit-sakit. Bahkan ia menahan rasa lapar dan kantuknya sampai akhirnya dia tertidur selagi tubuhnya dilemparkan lagi ke atas oleh Iblis Mayat Hidup.

Melihat betapa murid mereka itu meluncur turun dengan tubuh lunglai, tiga orang kakek itu terkejut setengah mati, khawatir kalau-kalau murid mereka yang masih lemah dan amat lelah itu tidak kuat dan mati di udara! Mereka menyambutnya dan legalah hati mereka melihat bahwa murid mereka itu hanya tertidur pulas!

Meledaklah suara tawa mereka dan hati mereka puas dan bangga. Dilempar-lemparkan seperti itu, murid mereka ini malah bisa tidur nyenyak, dan itu dianggap oleh mereka sebagai tanda nyali yang sangat besar, ketabahan yang jarang dimiliki seorang anak kecil, apa lagi anak perempuan.

Tiga orang Sam Kwi itu lalu meninggalkan hutan itu menuju ke timur. Mereka melakukan perjalanan cepat sekali, mengambil jalan melalui bukit-bukit dan rawa-rawa, melalui sungai dan hutan yang liar yang jarang didatangi manusia.

Mereka mengambil jalan memotong, dan menerjang jalan yang betapa sukar sekali pun, dengan kepandaian mereka yang tidak lumrah manusia. Jika mereka melalui perjalanan yang amat sukar, yang tidak dapat dilalui manusia biasa, mereka memondong Bi Lan bergantian, akan tetapi kalau melalui jalan biasa sambil menikmati pemandangan alam, mereka membiarkan Bi Lan berjalan kaki di belakang mereka.

Dasar orang-orang aneh, kadang-kadang mereka pun meninggalkan Bi Lan begitu saja, membuat gadis cilik itu berlari-larian setengah mati mengejar mereka, dan kalau Bi Lan sudah hampir putus asa karena tak mampu mengejar dan guru-gurunya lenyap, barulah mereka muncul! Di sepanjang perjalanan, mereka melatih Bi Lan dengan dasar-dasar ilmu silat, dan menggembleng gadis cilik itu dengan latihan-latihan untuk menghimpun tenaga sinkang.

Ada kalanya tiga orang itu berebut untuk melatih Bi Lan yang ternyata memiliki bakat yang sangat hebat, tepat seperti dugaan mereka. Setiap pelajaran yang diberikan guru-gurunya dapat ditangkap dengan mudah oleh Bi Lan dan hanya dalam latihan sajalah gadis cilik itu perlu memperoleh tekanan.

Dan gadis cilik itu pun cerdik bukan main. Segera ia dapat merasakan betapa tiga orang gurunya yang aneh itu amat menyayanginya, bahkan berlomba dalam menyayangnya. Hal ini dipergunakannya sebagai senjata untuk menguasai tiga orang kakek itu!

Pada suatu hari, tiga orang kakek itu terlibat dalam ketegangan dan perbantahan ketika mereka akan mulai menurunkan ilmu silat tinggi kepada murid mereka. Mereka saling memperebutkan, ilmu silat siapakah yarig harus diutamakan sebagai dasar.

"Siapa yang mampu menandingi ilmuku Hek-wan Si-pat-ciang (Ilmu Silat Delapan belas Jurus Lutung Hitam)?" bentak Raja Iblis Hitam. "Aku akan mengajarkan ilmu lebih dulu kepada Bi Lan!"

"Ha-ha-ha, sombongnya. Apa artinya pukulan-pukulanmu bagi orang yang mempunyai kekebalan seperti ilmuku Kulit Baja? Sebaiknya Bi Lan kulatih lebih dahulu dalam ilmu tendanganku yang tak ada bandingan, yaitu Pat-hong-twi (Tendangan Delapan Penjuru Angin). Dan untuk kematangannya, ia perlu memiliki dasar tenaga sinkang yang amat kuat seperti aku," bantah Iblis Akhirat.

"Ahhh, tidak! Seorang wanita seperti Bi Lan harus memiki ginkang (ilmu meringankan tubuh) seperti aku sebagai dasar, sambil mempelajari ilmu silatku Hun-kin Tok-ciang (Tangan Beracun Memutuskan Otot)!" bentak Iblis Mayat Hidup.

Tiga orang kakek itu tidak mau saling mengalah. Di atas padang rumput yang sunyi di sebuah lereng bukit itu, mereka ngotot tidak mau saling mengalah dan akhirnya mereka menentukan bahwa harus diuji lebih dulu ilmu siapa yang paling kuat dan dialah yang berhak memberi bimbingan pertama kali kepada Bi Lan. Dan terjadilah perkelahian di antara mereka!

Bukan sembarang perkelahian, bukan sekedar adu otot dan adu ilmu, tetapi perkelahian sungguh-sungguh dengan serangan-serangan mematikan. Hebat bukan main serang-menyerang yang terjadi di antara mereka bertiga dan karena memang tingkat mereka seimbang, tentu saja sukarlah bagi salah seorang di antara mereka untuk memperoleh keunggulan.

Kalau ada seorang di antara mereka yang nampaknya memperoleh angin dari orang ke dua, orang ke tiga kemudian turun tangan mendesak sehingga yang tadinya nampak memperoleh angin sebaliknya menjadi terdesak kembali. Dan perkelahian itu bukan hanya mempergunakan ilmu pukulan biasa, melainkan mempergunakan sinkang yang membuat tempat di sekitarnya dilanda angin pukulan yang bersiutan dan berdesingan. Mereka juga saling mengerahkan khikang, mengeluarkan suara berupa bentakan yang melengking nyaring.

Bi Lan yang berdiri menjauh dan merasa dilupakan oleh tiga orang gurunya, merupakan satu-satunya penonton dan satu-satunya orang yang paling menderita di antara mereka. Angin pukulan yang dahsyat dan menyambar-nyambar itu tadi telah membuat dia jatuh bangun dan terguling-guling seperti sehelai daun kering dilanda badai. Ia yang cerdik cepat menggerakkan tubuhnya bergulingan di atas padang rumput sampai agak jauh.

Akan tetapi, setelah angin pukulan tidak mampu meraihnya karena jauh, suara-suara yang mengandung tenaga khikang itu menyiksanya. Anak itu merasa betapa suara itu menusuk-nusuk anak telinganya dan biar pun dia sudah menutupi kedua telinga dengan kedua tangan, tetap saja suara itu membuat isi perutnya jungkir balik dan menyiksanya dengan hebat.

"Sudahlah, biar kalian bunuh saja aku!" Akhirnya dia berteriak sambil berlari ke tengah medan perkelahian, berloncatan dan dengan nekat terjun di antara mereka bertiga.

Tiga orang kakek yang lihai itu tentu saja dapat melihat munculnya murid mereka yang meloncat ke tengah medan perkelahian. Kalau orang lain yang berbuat demikian, tentu mereka bertiga akan menjatuhkan pukulan maut sehingga tubuh orang yang berani mengganggu mereka itu akan hancur lebur. Akan tetapi melihat bahwa yang datang adalah Bi Lan, ketiganya tiba-tiba saja menghentikan gerakan mereka, masing-masing menarik diri dan mundur, berdiri dengan tubuh berkeringat dan tidak bergerak bagaikan patung, tidak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa suhu semua berhenti? Hayo teruskan perkelahian itu!" berkata Bi Lan dengan suara marah.

"Ahhh, berbahaya untukmu. Menyingkirlah, Bi Lan, agar kami dapat melanjutkan untuk menentukan siapa yang berhak lebih dulu mengajarmu," Iblis Akhirat berkata.

"Tidak perlu teecu menyingkir. Sejak tadi teecu sudah tersiksa. Biarlah kalau teecu mati juga, menemani seorang atau dua orang di antara suhu yang akhirnya tentu akan kalah dan mati pula!"

Baru mereka tahu bahwa Bi Lan marah karena perkelahian mereka tadi. "Kami... kami berkelahi memperebutkan hak mengajarmu lebih dulu." Kembali Iblis Akhirat berkata memberi keterangan.

"Teecu (murid) sudah mengangkat suhu bertiga menjadi guru semua, mengapa mesti berebutan lagi? Kenapa suhu bertiga tidak memberi pelajaran bersama-sama saja?" Ia berhenti sebentar untuk melihat tarikan muka mereka, lalu melanjutkan lagi, "Kalau suhu bertiga berebutan dan berkelahi lagi, teecu tidak akan mau belajar dari yang paling menang!"

Mendengar ancaman dari murid yang mereka tahu amat keras hatinya ini, tiga orang kakek itu saling pandang.

"Bergabung...?" Raja Iblis Hitam berkata bingung.

"Ilmu ketiga orang disatukan?" Iblis Mayat Hidup menyambung ragu.

"Wah, mengapa tidak? Kita ajarkan bersama ilmu-ilmu kita dan karena ilmu-ilmu itu amat tinggi, tentu sukar baginya untuk menerima semua."

"Justeru karena menerima setengah-setengah inilah maka dia akan dapat menggabung ilmu-ilmu itu menjadi hanya satu ilmu yang tentu hebat karena mengandung dasar dan kelihaian ilmu kita masing-masing!"

"Bagus!" kata Raja Iblis Hitam girang.

"Tepat sekali!" kata pula Iblis Mayat Hidup.

"Sama sekali tidak bagus dan tidak tepat!” Tiba-tiba terdengar suara merdu seorang wanita.

Bi Lan terkejut dan merasa heran ada orang berani mencampuri percakapan tiga orang gurunya. Ketika ia menengok, ia melihat seorang wanita yang usianya sekitar dua puluh lima tahun, berpakaian rapi dan mewah, berwajah cantik sekali dengan sinar mata yang tajam. Kecantikannya aneh mengandung hawa dingin, tapi ada kecabulan membayang dalam senyum dan kerlingnya.

Hati Bi Lan merasa khawatir sekali. Wanita ini sudah bosan hidup, pikirnya. Ia sudah mulai mengenal watak tiga orang gurunya yang aneh dan kadang-kadang amat kejam, apa lagi setelah ia mendengar julukan guru-gurunya yang memperkenalkan diri sebagai Sam Kwi dengan julukan yang seram-seram itu. Ia malah bisa menduga bahwa gurunya adalah orang-orang yang amat kejam dan jahat, akan tetapi yang amat baik kepadanya karena sayang kepadanya.

Karena takut kalau-kalau tiga orang gurunya itu menurunkan tangan secara tiba-tiba membunuh gadis itu, Bi Lan mendahului, meloncat dan menghadap tiga orang gurunya. "Suhu sekalian harus dapat memaafkan cici ini!" teriaknya.

Akan tetapi kini terjadi hal yang sangat mengherankan hati Bi Lan. Iblis Akhirat yang gendut pendek itu berteriak kegirangan, "Aha, Bwi-kwi (Iblis Cantik), kau baru muncul? Waah, aku sudah kangen sekali padamu!" Dan si gendut langsung memeluk pinggang wanita cantik itu dan menariknya.

Anehnya, gadis itu tersenyum lalu merendahkan kepalanya dan kakek gendut itu lantas mencium mulutnya dengan bernapsu sekali sampai mengeluarkan bunyi, "ceplok!"

Tentu saja Bi Lan menjadi bengong melihat ini, apa lagi melihat dua orang suhu-nya yang lain juga menghampiri gadis itu. Raja Iblis Hitam mengelus rambut gadis itu, dan si Iblis Mayat Hidup mencolek dadanya! Dan gadis cantk itu hanya tersenyum manis saja, sama sekali tidak marah.

"Suhu, siapakah bocah itu?" gadis itu bertanya dan kini tahulah Bi Lan bahwa gadis itu adalah murid tiga orang suhu-nya.

"Ha-ha-ha, ia adalah murid kami yang baru. Bakatnya bagus sekali, melebihimu, Bi-kwi. Namanya Can Bi Lan, heh-heh-heh, dua orang murid kami semua cantik-cantik. Kami menyebutmu Bi-kwi, biarlah mulai sekarang Bi Lan kami sebut Siauw-kwi (Iblis Kecil). Ha-ha-ha!"

Tiba-tiba sepasang mata yang indah dan bersinar tajam itu berkilat memandang ke arah Bi Lan. "Murid suhu? Hemm, sejak dahulu murid suhu bertiga hanya aku, dan setiap ada orang berani merubah keadaan ini harus dibunuh. Anak ini pun harus kubunuh!"

Berkata demikian, tiba-tiba saja wanita itu menggerakkan tangan kanannya dan lengan kanan yang montok itu tiba-tiba mulur panjang dengan dua jari yang mungil menotok ke arah dada Bi Lan! Tetapi, biar baru beberapa bulan lamanya, Bi Lan sudah menerima latihan-latihan dasar dari tiga orang sakti, maka begitu ada tangan menyerangnya, gadis cilik itu mampu melempar tubuh ke belakang dan berjungkir balik dengan sigapnya.

"Ehh...! Ia malah sudah belajar dari suhu!" bentak Bi-kwi.

Dia pun menyerang lagi, sekarang kakinya melangkah ke depan. Akan tetapi tiba-tiba pinggangnya dipeluk dari belakang oleh Raja Iblis Hitam, dan dua tangannya dipegang masing-masing oleh Iblis Akhirat dan Iblis Mayat Hidup.

"Hemm, suhu bertiga menghalangi? Berarti suhu bertiga tidak lagi cinta kepadaku!"

"Ehhh? Tenang... sabar, sabar...! Kami sudah menjelajah dunia ramai lagi dan melihat perubahan-perubahan hebat terjadi di dunia persilatan. Engkau seorang diri tidak akan kuat menghadapi mereka, oleh karena itu kami sengaja memilih Bi Lan untuk menjadi murid kedua. Apa salahnya itu?"

"Hanya murid?" Gadis cantik itu menegaskan.

"Heh-heh, cemburu? Hanya murid karena bagi kami sebagai laki-laki, engkau seorang sudah lebih dari cukup dan memuaskan. Nah, maukah engkau berbaik dengan Bi Lan?" tanya Iblis Akhirat.

Bi-kwi mengangguk. "Baiklah, tadi pun dia sudah berusaha menolongku. Tidak apa-apa mengampuni nyawa anjingnya. Akan tetapi kalau kelak ada tanda-tanda bahwa suhu bertiga... hemm, aku pasti akan membunuhnya."

Bi Lan mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu apa sebenarnya maksud percakapan aneh itu. Dia pun masih tertegun menyaksikan adegan aneh ketika gadis cantik itu menerima ciuman Iblis Akhirat dan belaian-belaian dua orang suhu-nya yang lain. Akan tetapi ia tahu bahwa gadis itu berbahaya bukan main, agaknya tak kalah jahatnya dibandingkan dengan tiga orang kakek itu. Ia harus berhati-hati menghadapi gadis ini, pikirnya.

"Ha-ha-ha, bagus… bagus sekali. Bi Lan, lekas berterima kasih kepada suci-mu (kakak seperguruanmu) yang baru saja mengembalikan nyawamu," kata Iblis Akhirat.

Sam Kwi kelihatan gembira sekali dengan pertemuan itu dan Bi Lan, walau pun hatinya tidak senang, namun anak ini mempergunakan kecerdikannya. Ia tahu bahwa gadis ini mempunyai kekuasaan atas tiga orang gurunya agaknya tiga orang gurunya pun tidak akan dapat menyelamatkannya atau menjamin keselamatannya jika sampai ia dimusuhi gadis ini. Sebaiknya ia bersiasat dan menyenangkan hati gadis ini sebelum mengenal benar keadaannya.

Maka dia pun lalu bangkit dan menjura pada gadis itu, berkata dengan suara manis dan tersenyum. Oleh tiga orang gurunya, dia diingatkan betapa manisnya kala tersenyum, betapa timbul sepasang lesung pipit kanan kiri mulutnya.

"Suci yang cantik dan gagah perkasa, aku menghaturkan terima kasih kepadamu."

Gadis cantik itu menjebikan bibirnya. "Huh, baiknya engkau tadi berusaha melindungiku dari kemarahan suhu, kalau tidak… Baiklah, kalau selanjutnya engkau tunduk dan taat kepadaku, mulai saat ini engkau adalah sumoi-ku."

"Terima kasih, suci."

"Bi-kwi, kenapa tadi engkau mengatakan bahwa pendapat kami untuk menggabungkan ilmu dan diajarkan kepada Siauw-kwi tidak betul dan tidak tepat?" Iblis Akhirat bertanya sambil menggandeng tangan wanita cantik itu dengan sikap yang kangen sekali.

"Tentu saja tidak tepat, karena di sini ada aku yang dapat mewakili suhu bertiga untuk mengajarkan ilmu-ilmu kita kepada sumoi. Kalau seorang anak kecil seperti sumoi itu sekaligus menerima pelajaran dari suhu bertiga, mana kuat menerimanya? Serahkan saja kepadaku dan suhu bertiga tidak perlu susah-susah."

Tiga orang kakek itu mengangguk-angguk dan tersenyum gembira. "Ha-ha, lihat, betapa beruntungnya kita bertiga mempunyai seorang murid seperti Bi-kwi," kata Iblis Akhirat.

"Bi-kwi, bagaimana dengan tugasmu?" tiba-tiba Raja Iblis Hitam bertanya.

Bi Lan merasa heran mendengar suara kakek raksasa hitam ini. Biasanya dia pendiam dan kalau bersuara terdengar keras, parau dan bengis, akan tetapi sekarang suaranya terdengar lembut dan mengandung kemesraan.

Gadis yang disebut Bi-kwi (Iblis Cantik) itu sebenarnya bernama Ciong Siu Kwi yang sejak berusia lima tahun sudah menjadi murid Sam Kwi. Seperti juga Bi Lan, Siu Kwi atau yang kini disebut Bi-kwi ini yatim piatu. Ayah ibunya dibunuh oleh Sam Kwi sendiri yang ingin menguasai anak ini dengan bebas.

Memang pada mulanya, Sam Kwi mengambil murid ini hanya untuk menurunkan ilmu karena melihat bakat baik pada diri Siu Kwi, juga agar anak ini dapat menemani mereka dalam persembunyian dan pertapaan mereka di puncak pegunungan Thai-san. Akan tetapi, makin dewasa, Bi-kwi atau Siu Kwi ini makin nampak watak aslinya, watak yang genit dan cabul, di samping wajahnya yang cantik.

Gadis ini mempelajari ilmu-ilmu tinggi, tetapi juga melayani Sam Kwi, mencuci pakaian, memasak dan segala macam kebutuhan tiga orang kakek itu. Setelah ia berusia hampir delapan belas tahun, tiga orang kakek itu tidak tahan melihat kegenitannya. Mulailah mereka bertiga itu tertarik sebagai pria terhadap wanita kepada murid sendiri dan mulailah terjadi hubungan perjinahan antara ketiga Sam Kwi dengan murid tunggal mereka itu!

Luar biasanya, gadis yang semenjak kecil hidup di tempat pengasingan di Thai-san itu, menyambut tiga orang kakek buruk rupa yang menjadi suhu-nya itu dengan tangan dan hati terbuka! Dan sejak berusia delapan belas tahun itulah, Siu Kwi menjadi murid dan merangkap kekasih Sam Kwi dan mulai pula dia menguasai tiga orang kakek itu yang namanya saja guru-gurunya, akan tetapi dalam banyak hal mereka bertiga itu tunduk dan taat kepada Siu Kwi!

Mendengar pertanyaan Hek-kwi-ong tentang tugasnya tadi, Siu Kwi melepaskan tangan Iblis Akhirat, dan mengerutkan alisnya, kemudian dia duduk di atas sebuah batu yang bersih. Tiga orang kakek itu pun duduk di depannya dan Bi Lan yang ingin pula turut mendengarkan juga duduk di dekat Siu Kwi.

Gadis ini menarik napas panjang beberapa kali, lalu berkata dengan suara jengkel.

"Dua urusan yang suhu serahkan kepadaku itu semua gagal! Yang pertama mengenai Pendekar Super Sakti Majikan Pulau Es, ternyata telah tewas belasan tahun yang lalu!"

"Wah, sialan!" Raja Iblis Hitam berseru kecewa sambil mengepal tangannya yang besar.

"Pengecut! Mampus lebih dulu!" Iblis Mayat Hidup juga berseru kecewa.

"Ha-ha-ha, biarlah dia mampus, kelak di akhirat toh kita masih dapat mencarinya untuk membuat perhitungan!" berkata Iblis Akhirat yang kemudian memandang Siu Kwi. "Dan bagaimana dengan urusan yang lain?"

"Urusan Liong-siauw-kiam (Pedang Suling Naga) lebih menjengkelkan lagi. Dengan susah payah selama berbulan-bulan aku mencari kakek Pek-bin Lo-sian (Dewa Tua Muka Putih) di sekitar Pegunungan Himalaya dan belum kutemukan jejaknya. Akan tetapi, akhirnya dari para pertapa aku mendengar bahwa kakek tua bangka itu pun sudah meninggal dunia."

"Dan pusakanya?" Raja Iblis Hitam memotong.

"Itulah yang menjengkelkan hatiku. Menurut keterangan para pertapa yang mengenal Pek-bin Lo-sian, sebelum kakek itu meninggal dunia, mereka sering kali melihat kakek itu berbincang-bincang dengan seorang pendekar sakti dan menurut mereka, sangat boleh jadi kakek itu mewariskan Liong-siauw-kiam kepada pendekar itu."

"Wah-wah, siapa pendekar jahanam itu?" bentak Iblis Akhirat dengan marah.

"Mereka tidak tahu, akan tetapi, dalam penyelidikanku selanjutnya, ada sebuah berita yang amat menarik, yaitu munculnya seorang pendekar yang dijuluki Pendekar Suling Naga yang kabarnya membawa senjata sebatang suling naga..."

"Itulah orangnya!" bentak Iblis Mayat Hidup. "Di mana dia?"

Gadis itu menggerakkan pundaknya. "Menurut penyelidikanku, pendekar yang berjuluk Pendekar Suling Naga itu merantau ke selatan. Karena aku ingin mendengar keputusan suhu dalam hal ini, maka aku lalu mencari suhu untuk melapor."

Tiga orang kakek itu saling pandang, kemudian Iblis Akhirat yang biasa menjadi juru bahasa mereka berkata, "Tugasmu menjadi semakin berat, Bi-kwi. Pendekar Super Sakti sudah mati, akan tetapi keturunan Suma tentu masih banyak berkeliaran. Karena itu kita harus berusaha membasmi semua keturunan Suma Han si Pendekar Super Sakti yang pernah membuat kami bertiga harus menyembunyikan diri selama puluhan tahun. Akan tetapi, di samping itu juga kita harus mencari orang yang menguasai Pedang Suling Naga untuk merampasnya. Tidak mungkin tugas-tugas berat itu kau pikul sendiri. Maka, sebaiknya kita melatih Siauw-kwi ini sampai pandai agar supaya kelak dapat membantumu menunaikan tugas-tugas itu. Kami sendiri sudah terlalu tua untuk berkeliaran mencari orang."

Bi-kwi menoleh ke arah Bi Lan dan mengerutkan alisnya. Dia adalah seorang cerdik. Mewakili suhu-suhu-nya bermusuhan dengan keturunan Pendekar Super Sakti adalah tugas yang amat berat dan tidak menarik hatinya. Ia sudah mendengar bahwa Pendekar Super Sakti adalah seorang tokoh besar yang amat tinggi ilmu kesaktiannya dan sukar dilawan. Bahkan tiga orang gurunya yang pernah mengeroyok pendekar itu pun tidak mampu menang.

Tentu keturunannya juga sangat lihai, dan bagaimana kalau keturunannya itu banyak jumlahnya? Dan urusan balas dendam guru-gurunya karena pernah dikalahkan ini tiada apa-apanya yang menarik hatinya karena tidak ada yang menguntungkan. Sebaliknya, mencari pusaka Suling Naga itu lebih menarik baginya. Karena itu, menghadapi dua tugas ini memang sebaiknya jika ia ditemani orang yang dapat dipercaya, dan agaknya Bi Lan inilah orangnya.

"Hemm, aku meragukan apakah anak ini akan sanggup. Siauw-kwi, sanggupkah engkau membantuku kelak dalam dua urusan itu?"

Bi Lan sejak tadi mendengarkan dan kini ia menghadap ketiga orang suhu-nya. "Urusan suhu dengan keluarga Pendekar Super Sakti itu mudah teecu mengerti. karena tentu urusan dendam pribadi yang melibatkan keluarga Pendekar Super Sakti yang sudah mati. Akan tetapi urusan ke dua, teecu kurang jelas. Apakah pusaka Suling Naga itu dan mengapa dijadikan rebutan?"

"Ha-ha-ha, engkau memang anak cerdik yang ingin memasuki suatu urusan tapi tidak secara membuta. Baiklah, akan kuceritakan padamu mengenai pusaka itu."

Im-kan Kwi atau Iblis Akhirat yang bertubuh pendek bundar itu lalu dengan ringkas bercerita tentang pusaka yang dinamakan Pedang Suling Naga itu. Benda pusaka itu telah ribuan tahun usianya, terbuat dari semacam kayu yang tumbuh di Pegunungan Himalaya, dan kayu itu diukir dan dibuat menjadi sebuah suling yang amat indah oleh seorang abi di Pegunungan Himalaya kurang lebih seribu tahun yang lalu. Benda itu lalu direndam dalam obat-obatan rahasia yang membuat kayu itu menjadi keras membaja, bahkan kabarnya lebih keras dari pada baja.

Pusaka yang indah itu dapat ditiup sebagai sebatang suling yang suaranya merdu, juga bisa dipegang sebagai sebatang pedang. Kepala naga menjadi gagang dan badan serta ekornya menjadi pedangnya. Ukiran naga itu sedemikian hidupnya, sepasang mata di bagian kepalanya dibuat dari batu permata sehingga nampak bernyala dan hidup sekali. Selama ratusan tahun, benda itu menjadi pusaka dan menjadi lambang kekuasaan raja-raja Khitan.

Sampai akhirnya, di jaman Kaisar Jenghis Khan, raja Mongol ini dalam penyerbuannya ke barat berhasil merampas benda itu dan karena amat kagum dan suka, benda itu menjadi pusaka kesayangan Kaisar Jenghis Khan. Akan tetapi pada suatu hari, pusaka itu lenyap dari dalam gudang pusaka. Kaisar Jenghis Khan marah sekali akan tetapi urusan itu dirahasiakan karena kaisar akan merasa malu kalau terdengar rakyat bahwa pusaka yang paling disayang itu dapat lenyap begitu saja dari dalam gudang pusaka.

Saking marahnya Kaisar Jenghis Khan menghukum mati tiga puluh orang pengawal dan pelayan yang dicurigai! Semenjak saat itu, pusaka Suling Naga dianggap lenyap dan tak pernah dapat ditemukan kembali walau pun Kaisar Jenghis Khan telah mengeluarkan banyak sekali biaya dan mengerahkan banyak orangnya untuk mencarinya.

"Sebenarnya yang mencuri benda pusaka itu ialah seorang sakti yang menyembunyikan dirinya di pegunungan sebelah utara. Benda itu menjadi kebanggaannya karena tentu saja orang yang mampu mencuri benda dari gudang pusaka Kaisar Jenghis Khan adalah seorang yang sangat sakti. Benda itu turun temurun menjadi milik murid-murid keturunannya dan akhirnya jatuh ke tangan suhu dan susiok kami yang dulu bertapa di Pegunungan Himalaya. Ketika suhu meninggal dunia, pusaka itu oleh suhu diserahkan kepada susiok Pek-bin Lo-sian yang bertapa di Pegunungan Himalaya. Kami pernah memintanya, akan tetapi susiok mengatakan bahwa pusaka itu tidak pantas menjadi milik kami. Tentu saja kami berusaha merampasnya, akan tetapi susiok Pek-bin Lo-sian terlalu tangguh bagi kami. Tak ada lain jalan kecuali menanti sampai kakek yang sudah tua renta ini mampus. Akan tetapi, sungguh tak terduga sekali halnya kami dikalahkan oleh Pendekar Super Sakti sehingga kami terpaksa mengundurkan diri bertapa sampai dua puluh tahun dan ketika kami mengutus Bi-kwi, ternyata kakek tak tahu malu itu telah mampus dan mewariskan pusaka itu kepada orang lain!"

Iblis Akhirat menghentikan ceritanya dan tiga orang kakek itu nampak beringas serta marah sekali.

"Bagaimana, Siauw-kwi, maukah engkau membantu suci-mu dalam mencari pusaka itu dan membalaskan dendam kami terhadap keturunan Suma?" tiba-tiba Iblis Mayat Hidup bertanya.

Cerita itu amat menarik hati Bi Lan. Bagaimana pun juga, tiga orang suhu-nya memang berhak mendapatkan kembali pusaka itu dan pendekar yang menerimanya dari Pek-bin Lo-sian tidak berhak. "Baik, suhu. Teecu akan belajar giat agar kelak mampu membantu suci."

Mereka berlima lalu meninggalkan tempat itu, kembali ke puncak Pegunungan Thai-san. Di sepanjang perjalanan, dengan hati kaget, heran, dan muak, Bi Lan melihat betapa tiga orang gurunya itu mengadakan hubungan amat mesra dengan suci-nya. Ia belum begitu mengerti tentang hubungan perjinahan seperti itu, akan tetapi nalurinya membuat ia selalu membuang muka dan menyingkir kalau melihat pertunjukan tak tahu malu di sepanjang perjalanan itu. Karena perbuatan ini saja, diam-diam Bi Lan merasa sangat tidak suka kepada suci-nya dan kepada tiga orang suhu-nya, walau pun dengan cerdik ia dapat menyembunyikan perasaan ini di lubuk hatinya.

Demikianlah, sesudah tiba di puncak Pegunungan Thai-san, di tempat terpencil sunyi, Bi-kwi atau Su Kwi mulai melatih sumoi-nya dengan ilmu silat. Akan tetapi, dasar orang yang licik, curang dan juga hatinya diliputi penuh kebencian, Bi-kwi yang tidak rela kalau ada orang kelak lebih pandai atau setidaknya mengimbangi kepandaiannya, ia melatih dengan cara yang kadang-kadang dibalikkan, dengan harapan supaya sumoi-nya tentu mewarisi ilmu yang keliru cara melatihnya sehingga menjadi ilmu sesat yang akan membahayakan sumoi itu sendiri. Ilmu bersemedhi dan menghimpun tenaga sinkang misalnya, kalau dilatih dengan cara yang keliru, amat membahayakan, dapat membuat orang menjadi menderita luka dalam, atau dapat membikin orang menjadi gila, atau bahkan mati keracunan.....

********************

Kita tinggalkan dulu Bi Lan, anak berusia hampir sebelas tahun yang kini sedang digembleng secara keliru oleh Bi-kwi atau Siu Kwi itu, di tempat terasing, satu di antara puncak Thai-san dan mari kita menengok peristiwa yang terjadi di lain tempat, jauh dari Thai-san.

Peristiwa pemberontakan yang berkembang di dalam perang saudara antara pasukan pemerintah dan para pemberontak, yang dicampuri pula oleh pasukan asing Birma yang bersekutu dengan para pemberontak, telah membuat seluruh negeri menjadi tidak aman. Oleh karena pemerintah pusat mencurahkan perhatian terhadap pemberontakan- pemberontakan itu, maka pengurusan keamanan di daerah-daerah tidak terlalu diawasi. Hal ini membuat para pembesar setempat seakan-akan menjadi raja yang berdaulat, tidak ada yang menentang, tidak ada yang mengawasi. Akan tetapi, juga tidak ada yang melindungi sehingga pembesar-pembesar itu hanya mengandalkan pasukan keamanan setempat. Oleh karena inilah, maka para penjahat pun muncul dan merajalela di wilayah masing-masing, mengganggu rakyat jelata.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SULING NAGA (BAGIAN KE-12 SERIAL BU KEK SIANSU)

Suling Naga